Cerita pengalaman pribadi yang sudah disampaikan kemarin sampai pada Kakek Tua pergi meninggalkan rumah. Memang tidak diketahui secara jelas kemana kakek tua aneh itu melangkah karena begitu keluar dari pekarangan rumah langsung tidak tampak oleh mata saya dan juga para tetangga.
Masih bisa diingat bahwa kakek tua itu mencari "anak cucu"nya yang tidak begitu jelas dimaksud. Ketika saya usia 20 tahun, pulang ke kampung halaman tiap sebulan sekali, hari Sabtu hingga Senin pas libur kuliah. Tiba tiba kakek tua itu datang lagi ke rumah dan ketemu saya. Tampak di fisiknya hampir tak ada perubahan padahal sudah sekitar 3 tahun tidak jumpa.
Tengah malam saat kakek tua itu menginap di rumah saya, menanyakan apakah orang orang yang dulu pernah dia sebutkan menderita sakit itu sudah sembuh atau belum. Saat itu saya jawab belum sembuh dan memang keadaannya begitu.
Kakek tua tidak marah dengan jawaban saya, hanya menunduk sejenak seperti berfikir. Kemudian kakek tua memberitahu kepada saya terkait beberapa rumah penduduk Karang Gedhe, Boyolali yang memiliki pesugihan atau tuyul. Ia mengajak saya ke halaman rumah dan menunjukkan tuyul yang sedang lewat di kegelapan malam.
Tampak juga oleh saya beberapa jin atau hantu yang melintas cepat di atas rumah tetangga.
Ketika itu kulihat tuyulnya warna putih agak kemerahan dengan ukuran tubuh lebih kecil dari bayi usia 2 tahunan. Walau mungil tapi mata dan kepala besar melebihi porsi tubuhnya. Tuyul itu berjalan cepat seperti mengambang dan mendekati beberapa rumah yang akhirnya saya tidak tau kemana tuyul itu masuk menjauh dari pandangan mata.
Kakek tua kemudian menyebut satu persatu pemilik tuyul dan darimana pesugihan itu diperoleh, mahar atau tebusan serta pantangannya. Ada dua cara diajarkan kepada saya untuk menangkap tuyul itu. Apakah menghendaki tuyul ditangkap hidup hidup dan memanggil pemiliknya datang, atau langsung mengusir tuyul agar pulang ke asal muasalnya hingga pemilik kehilangan pesugihan.
Saya disuruh puasa biasa tujuh hari berturut turut atau memilih puasa "ngebleng" (siang malam) tak makan tak minum selama tiga hari langsung. Sambil membaca beberapa doa, cara menahan nafas, posisi duduk atau baring serta pandangan mata. Saya agak heran ketika Kakek memanggil saya dengan sebutan Tu, yang dimaksud adalah putu atau cucuku. Padahal sebelumnya dengan memanggil Mas atau Nak.
Walau kakek tua itu sudah memberitahu cara cara menangkap tuyul dan menguasai ilmunya, lagi lagi saya tidak mengamalkan dan tidak pernah mencoba menangkap atau mengusir tuyul. Jujur, kadang saya melihat tuyul itu tanpa sengaja dan tidak dilandasi ilmu. Bedanya, tuyul yang terlihat hanya sekilas saja dan tidak bisa lama lama apalagi menangkapnya sebagaimana yang diajarkan oleh kakek itu.
Alasan mengapa saya tidak mau melaksanakan ajaran itu, karena merasa tidak sanggup mewarisi ilmu kakek tua serta menjauhi pantangannya. Saya hanya mengambil sedikit ilmunya saja untuk pribadi yaitu cara mencegah agar tuyul tidak mencuri uang milik keluarga atau tetangga yang baik, suka sosial dan membantu sesama. Selamat jalan kakek tua untuk melanjutkan pencarian "anak cucu" yang ideal dan sanggup mewarisi ilmu dan menerima ajaranmu dengan sungguh sungguh. (editor iswidodo- http://www.tribunnews.com)
anas arema 18 Aug, 2010
--
Source: http://anasarema.blogspot.com/2010/08/mau-menangkap-tuyul-begini-caranya.html
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com
Masih bisa diingat bahwa kakek tua itu mencari "anak cucu"nya yang tidak begitu jelas dimaksud. Ketika saya usia 20 tahun, pulang ke kampung halaman tiap sebulan sekali, hari Sabtu hingga Senin pas libur kuliah. Tiba tiba kakek tua itu datang lagi ke rumah dan ketemu saya. Tampak di fisiknya hampir tak ada perubahan padahal sudah sekitar 3 tahun tidak jumpa.
Tengah malam saat kakek tua itu menginap di rumah saya, menanyakan apakah orang orang yang dulu pernah dia sebutkan menderita sakit itu sudah sembuh atau belum. Saat itu saya jawab belum sembuh dan memang keadaannya begitu.
Kakek tua tidak marah dengan jawaban saya, hanya menunduk sejenak seperti berfikir. Kemudian kakek tua memberitahu kepada saya terkait beberapa rumah penduduk Karang Gedhe, Boyolali yang memiliki pesugihan atau tuyul. Ia mengajak saya ke halaman rumah dan menunjukkan tuyul yang sedang lewat di kegelapan malam.
Tampak juga oleh saya beberapa jin atau hantu yang melintas cepat di atas rumah tetangga.
Ketika itu kulihat tuyulnya warna putih agak kemerahan dengan ukuran tubuh lebih kecil dari bayi usia 2 tahunan. Walau mungil tapi mata dan kepala besar melebihi porsi tubuhnya. Tuyul itu berjalan cepat seperti mengambang dan mendekati beberapa rumah yang akhirnya saya tidak tau kemana tuyul itu masuk menjauh dari pandangan mata.
Kakek tua kemudian menyebut satu persatu pemilik tuyul dan darimana pesugihan itu diperoleh, mahar atau tebusan serta pantangannya. Ada dua cara diajarkan kepada saya untuk menangkap tuyul itu. Apakah menghendaki tuyul ditangkap hidup hidup dan memanggil pemiliknya datang, atau langsung mengusir tuyul agar pulang ke asal muasalnya hingga pemilik kehilangan pesugihan.
Saya disuruh puasa biasa tujuh hari berturut turut atau memilih puasa "ngebleng" (siang malam) tak makan tak minum selama tiga hari langsung. Sambil membaca beberapa doa, cara menahan nafas, posisi duduk atau baring serta pandangan mata. Saya agak heran ketika Kakek memanggil saya dengan sebutan Tu, yang dimaksud adalah putu atau cucuku. Padahal sebelumnya dengan memanggil Mas atau Nak.
Walau kakek tua itu sudah memberitahu cara cara menangkap tuyul dan menguasai ilmunya, lagi lagi saya tidak mengamalkan dan tidak pernah mencoba menangkap atau mengusir tuyul. Jujur, kadang saya melihat tuyul itu tanpa sengaja dan tidak dilandasi ilmu. Bedanya, tuyul yang terlihat hanya sekilas saja dan tidak bisa lama lama apalagi menangkapnya sebagaimana yang diajarkan oleh kakek itu.
Alasan mengapa saya tidak mau melaksanakan ajaran itu, karena merasa tidak sanggup mewarisi ilmu kakek tua serta menjauhi pantangannya. Saya hanya mengambil sedikit ilmunya saja untuk pribadi yaitu cara mencegah agar tuyul tidak mencuri uang milik keluarga atau tetangga yang baik, suka sosial dan membantu sesama. Selamat jalan kakek tua untuk melanjutkan pencarian "anak cucu" yang ideal dan sanggup mewarisi ilmu dan menerima ajaranmu dengan sungguh sungguh. (editor iswidodo- http://www.tribunnews.com)
anas arema 18 Aug, 2010
--
Source: http://anasarema.blogspot.com/2010/08/mau-menangkap-tuyul-begini-caranya.html
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com