Saturday, August 28, 2010

Air Terjun Darah di Antartika dan Prediksi Kenaikan Air Laut 7 Meter

Thank you for using rssforward.com! This service has been made possible by all our customers. In order to provide a sustainable, best of the breed RSS to Email experience, we've chosen to keep this as a paid subscription service. If you are satisfied with your free trial, please sign-up today. Subscriptions without a plan would soon be removed. Thank you!
Dunia kini sedang terancam kenaikan air laut setinggi 7 meter, jika gunung es di bagian benua antartika terus bergeser ke Greenland, Gunung es yang luasnya 4 kali kota Manhatan dikutub tersebut kini perlahan-lahan mulai mencair.


Mencairnya puncak gunung es tersebut, menurut para pakar dibidangnya mempercayai akibat pemanasan global (Global Warming) yang kini juga dirasakan diseluruh penjuru dunia. Hal ini juga mengakibatkan ekstrimnya cuaca akhir-akhir ini di Indonesia.




Mencairnya gunung es di kutub tersebut juga mengancam ekosistem yang sudah mapan di wilayah tersebut dan jika semua mencair kenaikan air laut diprediksi mencapai tujuh meter,

Kutub Utara berada di atas es yang lebih kecil dan lebih tipis dibandingkan dengan sebelumnya, sementara es tua yang kuat kian tergantikan oleh es muda yang cepat mencair, kata beberapa peneliti di NASA dan National Snow and Ice Data Center di Colorado.

Menurut para peneliti tersebut, maksimum es laut Artik pada musim dingin ini bertambah 15 juta dan 150.000 kilometer persegi, sekitar 720.000 kilometer persegi lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata wilayah Kutub Utara antara 1979 dan 2000.

Pada musim dingin normal, es seringkali memiliki ketebalan tiga meter atau lebih, tapi tahun ini, ketebalan lapisan es hampir-hampir tak dapat menembus sasaran yang tepat "Arctic Circle".

"Kita tidak siap menghadapi musim panas," kata ilmuwan dari "Ice Data Center Walt Meier". "Kita berada pada situasi yang sangat genting."

Jumlah es laut tebal mencapai tingkat rendah pada musim dingin dengan luas 680.400 kilometer persegi tahun ini, turun 43 persen dari tahun lalu, kata Meier seperti dikutip dari Xinhuanet-OANA.

Biasanya, es yang tipis dan lebih muda berjumlah 70 persen dari lapisan es. Tahun ini, lapisan itu mencapai 90 persen, kata Meier.

Es laut penting karena memantulkan sinar matahari dari Bumi. Makin banyak es tersebut mencair, makin banyak panas terserap oleh samudra, sehingga menambah panas temperatur di planet ini, kata manager program wilayah kutub NASA Tom Wagner.

Mencairnya puncak gunung es tersebut juga dihebohkan dengan adanya air terjun berwarna merah darah mengalir sangat lambat di gletser Taylor di Antartika di McMurdo Dry Valleys.

Para Ilmuwan terus berupaya mencari tau misteri air terjun warna merah tersebut dan sebagian mempercayai dengan menyebutkan hampir selama 2 ribu tahun lamanya, gletser Taylor tertutup di bawah sejumlah kecil air yang mengandung komunitas mikroba kuno.

Mikroba kuno terperangkap di bawah lapisan tebal es, mereka berada di sana sejak itu, terisolasi di dalam kapsul waktu alami. Serta terjadi retakan yang ada di gletser menyebabkan subgletser danau mengalir keluar dan akhirnya membentuk sebuah aliran sungai.


anas arema 27 Aug, 2010


--
Source: http://anasarema.blogspot.com/2010/08/air-terjun-darah-di-antartika-dan.html
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com