Tuesday, September 14, 2010

Jika Bayi Sering Biduran

Thank you for using rssforward.com! This service has been made possible by all our customers. In order to provide a sustainable, best of the breed RSS to Email experience, we've chosen to keep this as a paid subscription service. If you are satisfied with your free trial, please sign-up today. Subscriptions without a plan would soon be removed. Thank you!
"INI sudah kelima kalinya Rama kena biduran. Aduh, bagaimana ini, padahal sudah diobati...", keluh Sarah kepada suaminya melihat badan Rama yang dipenuhi bentol-bentol merah.

Bocah berusia 10 bulan itu pertama kali mengalami biduran saat ia berusia 6 bulan. Kalau biduran itu muncul, Sarah merasa kasihan. Putranya itu jadi reflek ingin menggaruk kulitnya yang terasa gatal, menjadi susah tidur dan rewel. Apa sih sebenarnya biduran itu?


Untuk mengetahui lebih jauh mengenai biduran, inilah penjelasan dr Sandra Widaty, SpKK (K) dari Departemen Kesehatan Kulit dan Kelamin FKUI/RSCM, Jakarta:

Reaksi Kulit

Pengertian biduran, gabag, gidu, kaligata atau urtikaria sebenarnya sama saja. Biduran untuk istilah bahasa Indonesia, gabag untuk istilah Jawa, gidu untuk istilah orang Betawi, kaligata untuk istilah Sunda atau Padang, sedangkan urtikaria adalah istilah medis.

Nah, urtikaria atau biduran ini merupakan reaksi kulit akibat beragam sebab yang biasanya ditandai dengan edema (bengkak) di area kulit setempat yang cepat timbul dan menghilang secara perlahan-lahan. Edema tersebut berwarna pucat atau memutih bila ditekan dan mengeluarkan cairan, juga kemerahan yang disertai keluhan gatal-gatal, rasa tersengat atau tertusuk.

Apa Penyebabnya?

Hingga saat ini, diduga ada beragam faktor penyebab penyakit biduran, antara lain:

- Genetik

Bila si kecil berulangkali terserang penyakit biduran, coba selidiki kembali adakah kemungkinan ayah, ibu, paman, tante, kakek, atau neneknya punya "bakat" penyakit biduran? Besar kemungkinan, penyakit biduran ini menurun, tapi tidak menular.

- Obat

Obat-obatan antibiotik seperti golongan penisilin, aspirin, aobat-obatan hormonal atau obat lainnya yang potensial menyebabkan penyakit biduran muncul.

- Makanan

Contohnya adalah susu, keju, telur, gandum, ikan, atau ayam. Zat pewarna, penyedap rasa atau bahan pengawet juga dapat menimbulkan urtikaria.

- Lingkungan

Terpapar debu rumah seperti tungau, jamur, atau perubahan suhu udara seperti udara dingin atau panas.

- Stres

Pada penyakit biduran atau urtikaria yang berulang, faktor emosional perlu diperhatikan. Stres secara langsung atau tidak langsung dapat meningkatkan kemungkinan terjadi urtikaria.

- Penyakit sistemik

Beberapa penyakit dan keganasan dapat menimbulkan urtikaria. Beberapa penyakit sistemik yang sering disertai urtikaria antara lain: limfoma, hipertiroid, lupus dan penyakit sistemik lainnya.

Gejala

Penderita seringkali mengeluh gatal yang disertai rasa terbakar atau tertusuk. Bila sudah muncul, akan tampak eritema (kemerahan) dan edema (bengkak) di area setempat dan berbatas tegas. Kadang-kadang bagian tengah, terlihat lebih pucat. Urtikaria biasanya terjadi secara berkelompok.

Bila satu urtikaria menghilang, urtikaria yang lain dapat muncul kembali. Namun, yang musti Moms waspadai bila urtikaria sudah mengenai mulut, mata dan mulut kelamin.

Bila mengenai ketiga area tersebut -mata, mulut dan mulut kelamin-, dikhawatirkan sudah menyerang ke organ dalam misalnya saluran cerna dan napas yang disebut dengan angioderma. Pada kondisi ini, penderita akan merasa sesak napas, serak dan susah untuk menelan makanan. Sebaiknya jangan tunda lagi! Segera bawa ke rumah sakit terdekat agar si kecil segera tertolong.

Hindari Faktor Pencetus

Dalam hal ini, idealnya mencari tahu faktor penyebab, mengobatinya dan menghindari faktor pencetusnya. Setidaknya, mencoba mengurangi penyebabnya atau tidak berkontak langsung dengan penyebabnya.

Untuk mengobatinya, bisanya digunakan obat simtomatik seperti obat antihistamin oral (melalui mulut)–sesuai resep dokter. Obat ini dapat mengontrol gejala bagi sebagian penderita, namun tidak menghilangkan penyebabnya.

Pencegahan

1. Hindari bayi dari alergen yang diketahui, termasuk beberapa makanan dan penyedap makanan, obat-obatan dan beberapa situasi seperti panas, dingin atau stres emosional.

2. Buat catatan kapan dan dimana urtikaria terjadi dan apa yang dimakan bayi. Hal ini akan membantu Anda dan dokter untuk mencari penyebab urtikaria.

3. Tingkatkan daya tahan tubuh, melalui istirahat yang cukup, makan makanan yang bergizi tinggi dan seimbang. Bila nafsu makan si kecil kurang, Moms bisa memberinya suplemen. Bila perlu konsultasikan terlebih dulu ke dokter Anda sebelum memberikan suplemen kepada si kecil. Bila daya tahan tubuh kuat maka kemungkinan untuk kembali terserang urticaria lebih kecil.

Get cash from your website. Sign up as affiliate.

anas arema 14 Sep, 2010


--
Source: http://anasarema.blogspot.com/2010/09/jika-bayi-sering-biduran.html
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com